Kamis, 06 November 2008

Pasar Keputran: Riwayatmu Kini

Entah mengapa pasar ini dinamai Pasar Keputran. Keputran sendiri sebenarnya mempunyai arti tempat putra-putra raja tinggal dan belajar. Di dalam pasar terdapat sebuah gang bernama Gang Kepoeteran, yang diapit oleh bangunan-bangunan kuno milik orang asli Surabaya. Tempat yang disebut "wilayah kuno" tersebut sekarang menjadi pusat jual beli sayur mayur terbesar di Surabaya.

Berawal dari sekumpulan pedagang yang semakin lama semakin banyak, pasar ini dikembangkan pada 1979. Dari luas sekitar 100 meter persegi, pasar ini diperluas hampir satu hektar yang menampung lebih dari 900 pedagang. Dagang sayur memberikan peluang bagi siapapun tanpa syarat pendidikan dan modal yang besar. Tidak heran, krisis ekonomi 1998 membuat jumlah pedagang di pasar ini meningkat, selain itu jumlah pengungsi akibat konflik di Sampit juga menjadikan pasar ini semakin padat.

Para pedagang dikenal dengan sebutan "mrijo". Awalnya yang bekerja sebagai mrijo adalah perempuan dengan membawa obor sebagai penerangan dan keranjang tampah berisi sayur di atas kepala. Para mrijo ini berjualan mulai pukul 2 sampai 3 subuh. Bu Tani, salah seorang "mrijo" selama 53 tahun. Dia mulai berjualan pada usia 14 tahun. Sekarang yang disebut mrijo adalah laki-laki yang mendorong gerobak sayur atau mengendarai sepeda motor membawa sayur sebagai barang dagangan.

Pasar sayur ini buka mulai pukul 14.00 hingga pukul 6.00 pagi. Ketika sebagian penduduk Surabaya terlelap, justru aktivitas pasar ini semakin ramai. Bahkan aktivitas perdagangan tumpah ruah ke jalan raya. Karena jumlah pedaganga semakin banyak, pasar ini sudah tidak mampu menampung aktivitas perdagangan sayur. Sejak dibangun pada 1979, pasar ini tidak pernah dibangun lagi. Rencananya, pemerintah akan membangun pusat perdagangan sayur yang lebih luas lagi, sekitar 8 hektar atau 8 kali lipat dari pasar Keputran sekarang.

oleh: William Howardy, Fanny Oktaviana, Lidya Widhianto, Ratih Kusuma, Ika Permatasari, Ferawati Ulrica, Effie Setyani, Sin Linda, Valeria Diona, Fenny Herawati, dan Peter Sie (kelas B).

Tidak ada komentar: