Jumat, 07 November 2008

Blauran: pasar pagar atau renda biru?

Pasar Blauran terkenal dengan pasar buku, meskipun di depan pasar nampak sederet toko emas. Belum lagi jenis makanan yang dijual.

Menurut Pak Hakim, pedagang buku di Pasar Blauran sejak 1994, kata ”blauran” berasal dari kata Blau = pagar dan ran = pasar. Jadi Blauran adalah pagar yang mengelilingi pasar. Penjual menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara jaman dahulu dengan jaman sekarang. Perbedaan ini ditunjukkan dengan bahwa dahulu terdapat ”harga keluarga” maksudnya harga buku atau barang-barang yang dijual di pasar Blauran dulu bisa ditawar, tetapi pada sekarang ini harga buku yang dijual sudah ada standard harga jualnya berbentuk seperti koran. Sekarang ini, harga-harga buku yang dijual di Pasar Blauran rata-rata harganya sama dengan yang dijual toko buku Uranus.

Ada beberapa versi lain tentang cerita Pasar Blauran. Berdasarkan sumber dari Litbang di Kantor Pasar Blauran, "blauran" berasarl dua suku kata berbahasa Belanda, yakni blauwe (biru) dan rand (renda). Sebab, dulu sekitar 1700 dikompleks Blauran tersebut didirikan tembok panjang putih. Tembok setinggi lima meter tersebut menjadi pembatas rumah golongan pengusaha Tionghoa yang kaya raya dengan warga pribumi. Agar tembok tersebut manis dipandang, para pengusaha mengecatkan renda biru ditembok itu, sehingga menjadi Blauran. Namun, ada versi lain tentang nama Blauran menurut Romo Bintarti pada tahun 1964 (seperti artikel yang dikutip oleh Sarkawi B. Husain, sebagai dosen sejarah Unair, dalam tulisannya yang berjudul Sepanjang Jalan Kenangan : Makna dan Perebutan Simbol Nama Jalan di Kota Surabaya). Asal mula nama kampong itu adalah kata Balur atau Mbalur yang berarti mengeringkan ikan. Sebagai tempat mengeringkan ikan, warga lebih enak menyebut nama mblauran. Selain nama, ada persoalan historis yang menarik pada kampung-kampung tersebut. Benih-benih nasionalisme arek Surabaya juga bermula dari kompleks tersebut. Pendatang luar kota saat ini lebih suka menyebut bertandang ke Bubutan Golden Junction dari pada menyebut kewilayahan yang memiliki nilai historis kuat. Pendirian pusat perbelanjaan tak terasa juga menenggelamkan perdagangan tradisional di kompleks Blauran. Padahal, sejak zaman kolonial Belanda, lingkungan itu dikenal sebagai pusat perbelanjaan pribumi. Menurut Achudiat, Blauran adalah daerah keraton. Di sekitarnya tumbuh kampung-kampung yang dulu merupakan kampung para kerabat serta abdi kerajaan. Pusatnya terletak di alun-alun Contong. Kawasan sekitarnya seperti Bubutan, Kranggan, Blauran, dan Maspati adalah daerah sekitar pusat pemerintahan.

(Devi, Messa, Yunieta, Mellisa, Yuli, Kiky Zero, Novianti, Febriana, Naomi, Riska, Mita Ayu Rahmani, kelas D)

Tidak ada komentar: